Minggu, 09 April 2017

Makalah Langkah Penulisan Kritik dan Contoh Kritik

Tugas kelompok                                                                                 Dosen Pengampu
                     4                                                                            Elvrin Septyanti, S.Pd., M.Pd.
                       
MAKALAH MENULIS KRITIK DAN ESAI
LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KRITIK
DAN CONTOH KRITIK

Disusun Oleh
Kelompok 4:
Eka Pani Novirna        (1505117073)
Kartika Sarah Difa      (1505117048)
Khairil Fauzan             (1505116668)
Nina Rahayu               (1505121820)
Nirmala Sasanti           (1505116529)
Wirda Safitri               (1505116699)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2017



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah memberikan pedoman bagi manusia untuk dapat hidup bahagia dunia dan akhirat. Makalah ini  berisikan langkah-langkah menulis kritik beserta contoh penulisan kritik dengan pendekatan yang berbeda-beda yang merupakan tugas kelompok pada mata kuliah menulis kritik dan esai.
Makalah ini sudah ditulis dengan maksimal sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri penulis. Di samping itu penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan makalah ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Banyak rintangan dan halangan yang dialami oleh penulis. Seperti masih kurangnya sumber-sumber buku yang bisa dijadikan penunjang dalam penyelesaian tugas ini. Oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun akan dengan senang hati penulis terima demi kesempurnaan pada makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, serta semoga Allah senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, Maret 2017



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................   i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................   ii
BAB I
1.1  Latar Belakang...................................................................................................   1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................    1
1.3  Tujuan Penulisan..................................................................................................   2
BAB II
2.1  Langkah-Langkah Penulisan Kritik...............................................................................................................................   3
2.2  Contoh Kritik..........................................................................................................   4
BAB III
3.1  Simpulan...................................................................................................................  11
3.2  Saran........................................................................................................................  11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................   iii


   



BAB I
PENDAHALUAN
1.1              Latar Belakang
Istilah kritik sastra sudah dikenal sekitar 500 sebelum masehi, berasal dari kata “krinein” (Yunani) yang berarti menghakimi, membandingkan atau menimbang. Dalam sastra Inggris kritik sastra disebut istilah “critic” untuk menunjukkan orang yang melakukan kritik dan perbuatan kritik. Gayley dan scott dalam Teori sastra (2004) mengemukakan kritik sastra adalah mencari kesalahan, memuji, menilai, membandingkan dan menikmati. Pengertian yang lebih mantap dikemukakan Andre Hardjana dalam bukunya Kritik Sastra Sebuah Pengantar (1985) dalam mencari dan menentukan nilai hakiki dari karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik dalam bentuk tertulis.
Kritik sastra mencakup penilaian guna memberi keputusan bermutu tidaknya suatu karya sastra. Kritik sastra biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra. Penting bagi seorang kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya sastra, sejarahbiografi, penciptaan karya sastra, latar belakang karya sastra, dan ilmu lain yang terkait. Kritik sastra memungkinkan suatu karya dapat dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai.
            Seorang kritikus sastra mengurai pemikiran, paham-paham, filsafat, pandangan hidup yang terdapat dalam suatu karya sastra.Sebuah kritik sastra yang baik harus menyertakan alasan-alasan dan bukti-bukti baik langsung maupun tidak langsung dalam penilaiannya.Berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra, jenis kritik sastra dapat dibedakan menjadi kritik mimetik, kritik pragmatik,kritik ekspresif,kritik objektif. Dalam mengkritik yang baik dan benar diperlukannya langkah-langkah yang tepat. Oleh sebab itu, di makalah ini akan dibahas tentang langkah-langkah membuat kritik sastra yang baik dan benar yang berdasarkan pendekatan yang digunakan.
1.2    Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah langkah-langkah penulisan kritik?
2.    Bagaimanakah contoh menuliskritik karya sastra?
1.3   Tujuan
1.    Mendeskripsikan langkah-langkah kritik sastra.
2.    Mendeskripsikan contoh menulis kritik karya sastra


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Langkah-Langkah Penulisan Kritik
Menurut sumber buku Kitab Kritik Sastra karya Maman S. Mahayana langkah-langkah menulis kritik sastra sebagai berikut:
1.    Menentukan penyair/pengarang atau karya sastra yang kita anggap menarik. Kesukaan dan ketertarikan kita terhadap satu pengarang atau satu karya sastra akan membuat kita lebih mudah dalam menulis kritiknya.
2.    Memahami struktur karya yang telah kita pilih. Prosa memiliki unsur yang terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Jika yang dikritik adalah puisi, kita harus memahami unsur-unsur fisik dan batin puisi. Struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pencitraan, kata konkret, majas, dan bunyi, sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, dan amanat.
3.    Lakukan penilaian berdasarkan unsur-unsur tersebut secara objektif dengan menampilkan dua penilaian, yaitu kelebihan dan kekurangannya. Selain melalui unsur-unsurnya, penilaian juga dapat dilakukan berdasarkan sisi kepengarangan. Namun, dalam hal menilai dari sisi kepengarangan, sastrawan seperti Sapardi Joko Damono mengatakan bahwa menilai dari sisi kepengarangan tidaklah adil karena baginya, karya sastra dan pengarang adalah dua entitas yang berbeda. Gunakanlah metode penelitian yang paling dikuasai.
4.      Mulailah menulis kritik dan tetapkanlah teorinya. Jika telah menetapkan tujuan dan motivasi, segeralah menulis. Jangan ditunda, karena dengan terus berusaha menulis ide-ide akan muncul, mengalir sedikit demi sedikit.Penguasan materi perlu juga dipertimbangkan dalam peembuatan kritik sastra. Sebab, dengan itu kita dapat mengesplorasi pendapat kita dengan landasan yang tepat sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan diterima oleh semua pihak.

2.2       Contoh Kritik
KRITIK NOVEL  “BIOLA TAK BERDAWAI”
oleh
Iim Sobandi, M.Pd.
Sinopsis Novel
Renjani meninggalkan Jakarta, untuk mengubur masa lalunya dan keinginannya untuk menjadi penari balet. Ia pindah ke Yogya dan mengabdikan hidupnya dengan merawat anak-anak tuna daksa yang tidak dikehendaki orang tuanya. Ia dibantu oleh seorang dokter berumur 40 tahun. Mbak Wid. Dewa 8 tahun, menjadi anak kesayangan Renjani dan diperlakukan sebagai anak normal. Renjani terkejut melihat reaksi Dewa, ketika iseng-iseng menari balet.
Hal ini yang membuatnya membawa Dewa ke resital biola. Disitu ia berjumpa dengan Bhisma, mahasiswa musik, 23 tahun. Bhisma tertarik pasca penampilan Renjani dari situlah persahabatan terjalin.
Empat Pendekatan Sastra dalam Novel “Biola Tak Berdawai”
1.      Pendekatan Mimetik
Karya sastra tidak lahir dari situasi kosong budaya (Teuw, 1980:11). Novel ini didekati secara mimetik. Pendekatan mimetik memiliki pandangan bahwa karya sastra sebagai tiruan alam, kehidupan atau dunia ide. Bagian refleksi sosial budaya menjadi bahan kajian pendekatan ini..
Tanggapan:
Latar realitas bagi novel ini kondisi Yogyakarta, lebih luas lagi Indonesia tahun 2002. Sebuah peradaban yang diwarnai dengan penurunan nilai-nilai moral. Ketika dunia diterjang arus globalisasi sekaligus dengan dampak-dampak negatif yang ditimbulkannya. Berbagai bentuk pelanggaran menjadi menu harian berbagai media. Termasuk kasus-kasus pembuangan bayi menjadi liputan berita. Sering terjadi bayi-bayi tersebut sebagai hasil hubungan gelap. Ada juga bayi-bayi yang dibuang karena dianggap sebagai aib entah karena lahir cacat atau karena kelahirannya tidak diinginkan.
Tidak jarang juga terjadi pengguguran kandungan atau abortus. Secara etika moral dari saat pertama zigot sudah mempunyai identitas genetis. Semua yang dilakukan di dunia harus menyatakan bahwa dalam arti tertentu mereka berada pada saat pembuahan, walaupun embrio muda belum mempunyai identitas persona. (Bertens, 2003:114).
“Kamu buang anakmu?! Sinting kamu Renjani! Kamu gugurkan anakmu ya? Iya Renjani?! Iya?!” (halaman 54).
Tokoh Renjani seorang sosok yang pernah menggugurkan kandungannya. Kendati bayi tak berdosa tersebut harus terbentuk akibat hasil perkosaan seharusnya sang bayi memiliki hak untuk hidup. Tetapi tidak terlalu mudah bagi Renjani menerima begitu saja bayi yang tidak diinginkannya itu berkembang dalam rahimnya. Demikianlah dalam kegalauan yang mendalam ia memilih mengakhiri kehidupan sang embrio dari rahimnya.
Moralitas menentang abortus demikian pendapat Jean Paul Sartre. Pembicaraan ini mengakibatkan pro dan kontra antara legalisir melawan anti abortus. Masalahnya adalah apabila kehamilan tidak dikehendaki misalnya karena hasil perkosaan, si wanita tidak menginginkan kehamilannya, di sisi lain janin dalam kandungan juga mempunyai hak hidup. Maka timbullah polarisasi tajam antara pro pilihan dan pro kehidupan (Bertens, 2004: 139).
Konflik ini diangkat oleh Sekar Ayu Asmara dalam Film Biola Tak Berdawai, yang akhirnya di Novelkan oleh Seno Gumirah Ajidharma.
“Memang bayi Cempaka adalah bayi kesekian yang diletakkan di muka pintu pagar, tentu kita masih boleh terheran-heran, jika bayi-bayi tuna daksa dibuang karena keganjilan bentuk upanya, maka alasan membuang bayi yang bukan saja sehat, tetapi juga cantik, montok, dan membuat bahagia setiap orang yang memandangnya? Apakah pembuang bayi itu orang- orang miskin yang kurang pengetahuan? Sepanjang pengalaman pak Kliwon, hanya sekali terjadi da bayi diletakkan seorang pejalan kaki yang datang mengendap-endap di pagi buta. Selebihnya selalu diturunkan dari mobil, yang tidak jarang mewah, dan banyak juga yang nomornya dengan awalan B: mobil-mobil Jakarta. Bahkan Pak Kliwon merasa pernah mengenali wajah salah seorang dari mereka, sebagai wajah yang sering muncul di layar TV. (halaman 25).
Fenomena lain diangkat dalam “Biola Tak Berdawai” ini adalah maraknya pembuangan bayi-bayi tak berdosa. Ada yang dibuang di tempat sampah. Ada pula yang diletakkan di depan pintu panti asuhan. Fenomena memprihatinkan ini membawa sebuah kontras yang sangat jelas antara semangat cinta kasih dan ketidakpedulian dalam dalam setiap detil alur cerita novel ini.
2.      Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam memandang dan mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan dan luapan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imaginasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. (Wiyatmi, 2006:82).
Tanggapan:
Pendekatan ekspresif mengkaji sastra bertitik-tolak dari kehidupan pengarangnya. Ini berkaitan dengan latar belakang kehidupan, daerah kelahiran, latar belakang sosialnya, pendidikan, dan pengalaman yang pernah dilewatkannya. Dalam hal ini karya sastra dianggap sebagai pancaran kepribadian pengarang, gerak jiwa, pengembangan imajinasi, fantasi pengarang yang tertuang dalam karyanya.
Novel “Biola Tak Berdawai” tidak dapat dipisahkan dari dua pengaruh kehidupan dua orang besar Seno Gumira Adjidharma dan Sekar Ayu Asmara. Seno Gumira lahir di Boston, 19 Juni 1958. Adjidharma adalah seorang wartawan dan penulis serba bisa dari generasi baru dalam sastra Indonesia. Tak kurang dari 25 judul buku yang ditulis Seno, terdiri dari esai, cerpen, roman dan juga skenario drama dan film. Buku-buku karya Seno beberapa di antaranya yakni: 
Atas Nama Malam, Wisanggeni, Sang Buronan, Sepotong Senja Untuk Pacarku, Biola tak berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Seno dikenal sebagai seorang penulis situasi di Timor Timor tempo dulu.
Tulisannya tentang Timor-Timur dituangkannya dalam Trilogi buku Saksi Mata (Kumpulan Cerpen), Jazz, dan Insiden (Roman) dan Ketika Jurnalisme DibungkamSastra Harus Bicara (kumpulan Esai). Seno juga dianugerahi sejumlah penghargaan, diantaranya South East Asia Write Award.
Sekar Ayu Asmara, adalah sosok kreatif yang enerjik. Lahir di Jakarta, dan pernah bermukim di Afganistan, Turki serta Belanda. Enerji kreatifnya telah muncul selama beberapa dasawarsa dalam bentuk dan dimensi yang berbeda-beda. Sekar pernah berkarir dalam dunia iklan, serta pernah menjadi komposer dan juga penulis lirik lagu untuk artis-artis papan atas. Ia juga tercatat sebagai pelukis yang telah berpameran tunggal.
3.      Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, maupun fungsi sosial lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral atau agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, semakin tinggi nilai karya sastra tersebut (Wiyatmi, 2006:86).
Tanggapan:
Saat kutelan makanan yang disuapkan ibuku.” Anak pintar, dan hanya anak-anak pintar seperti kamu yang boleh tinggal di sini.”Tapi mbak Wid, entah kenapa tersinggung dengan perhatian ibuku yang dianggapnya berlebihan. Nada suaranya tiba-tiba meninggi. “Anak-anak yang dibuang orang tuanya.Anak-anak yang bikin malu keluarga. Anak-anak yang cacatnya dobel-dobel. Anak-anak yang umurnya tidak lama!” ibuku mengimbangi dengan perlahan. “ Sssst… mbak Wid pun bicara tentang diriku. “Duh Renjani, Renjani, Renjani… saya tahu kamu sangat sayang sama Dewa, tetapi anak itu mengerti omongan kita. Itu anak tidak mengerti apa-apa…” Kuperhatikan kedua perempuan itu. Renjani begitu nama ibuku, seperti selalu mencoba memaklumi Mbak Wid yang betapa pun seperti telah menyerahkan hidupnya demi bayi-bayi cacat di rumah asuh ibu Sejati (halaman 18).
Pada dasarnya novel ini sarat dengan nilai-nilai moral. Dewa sebgai pribadi autis dan tuna daksa secara fisik seorang cacat yang diyakini tidak memiliki kemampuan untuk mengerti bahasa komunikasi manusia normal. Dalam keberadaannya itu Renjani tetap memperlakukan Dewa sebagai mana manusia normal. Ia patut dihargai sebagai manusia yang bermartabat. Ketika kehidupan tidak dihargai lagi, ketika nilai-nilai moral dan semangat cinta kasih tercabik-cabik. Renjani hadir membawa inspirasi dan pengharapan bagi orang-orang yang tidak berdaya. Apa yang dianggap sebagai mitos bahwa dengan cinta kasih dan ketulusan hidup dapat diubah. Ini tercermin dalam kisah ini. Ketulusan cinta Bhisma mendorongnya merawat Dewa ketika Renjani akhirnya meninggal akibat kanker rahim yang ia derita.
“.Aku ternyata memang mendongak di kuburan, bagaikan melihat ibuku terbang seperti bidadari di langit. Bhisma tertegun dengan biolanya. Tanpa kusadari dari mulutku keluar suara. “D…de…f…faa shaa… aaang ..iii..bu..” Bhisma mengangkat dan mendekapku, seperti mendekap cinta ke dalam hatinya (halaman 191).
Hampir keselurauhan watak Renjani dan Bhisma merupakan idealisme sebuah totalitas hidup dalam mencintai. Karya ini menjadi sangat patut dihargai karena memiliki muatan nilai moral yang tinggi. Cocok untuk dijadikan sebagai sarana penyampaian pesan moral bagi para pembaca. Novel ini mempengaruhi pembaca untuk memiliki ketulusan dan semangat untuk mencintai orang-orang yang tidak berdaya sperti Dewa dan bayi-bayi tuna daksa lainnya sehingga mereka dapat bertumbuh atau setidaknya mampu bertahan hidup dengan penderitaan dan situasi kurang menguntungkan yang mereka alami. Yang menjadi kelemahan dari novel ini adalah jalan cerita yang terlalu idealis. Apakah masih ada seorang Renjani yang totalitasnya seperti yang terdapat dalam Novel ini? Apakah novel ini menjadi hanya sebuah dongeng pengantar tidur belaka?.
4.      Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebgai struktur yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarang, maupun pembaca. Wellek & Warren (1990) menyebut pendekatan ini sebagai pendekatan intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri. ( Wellek, melalui Wiyatmi, 2006:87).
Tanggapan:
Novel “Biola Tak Berdawai” berlatar kota Yogyakarta pada era tahun 2003. pada umumnya setting diketengahkan di Panti asuhan anak-anak tuna daksa. Dengan alur penceritaan flashback hal ini dapat dilihat pada episode novel pada bab 11 (halaman 77) secara mundur mengisahkan kembali pengalaman buruk atas tindak perkosaan yang dialami Renjani. Penceritaan adegan-adegan dalam novel ini diselingi dengan kisah pewayangan hal ini menyempurnakan penyampaian lapis arti di mana kisah Renjani memiliki kesamaan dengan kisah pewayangan. Kisah-kisah pewayangan ini sekaligus digunakan untuk menyampaikan stratum metafisika sebagai unsur yang intrinsik dalam keagungan sebuah tindakan totalitas seorang Renjani dalam pengabdian kepada anak-anak tuna daksa.
Dengan mengetahui norma-norma karya sastra ini, tahulah kita sekarang bahwa menilai karya sastra haruslah kita menilai berdasarkan norma-norma karya sastra itu, kita tidak hanya menilai “isi” dan “bentuk” karya sastra saja tetapi harus menilai sampai di mana kekuatan bunyi dapat dilaksanakan pengarang, bagaimana sastrawan menyusun kata-kata, atau kalimat, menyusun plot, berhasil atau tidakkah, juga sampai di manakah harga atau nilai pikiran-pikiran pengarang yang diungkapkan dalam karya lewat norma-normanya itu, dan bagaimana segi-segi atau norma-norma lainnya (Pradopo,1994:56).
Tanpa dawai, bagaimana biola bisa bersuara? Biola bagaikan tubuh, dan suara itulah jiwanya, tetapi di sebelah manakah dawai dalam tubuh manusia yang membuatnya bicara? Jiwa hanya bisa disuarakan lewat tubuh manusia, tetapi ketika tubuh manusia itu tidak mampu menjadi perantara yang mampu menjelmakan jiwa, tubuh itu baagikan biola tak berdawai….(Ajidharma, 2003:1).
Refleksi penulis tentang korelasi antara jiwa dan tubuh digambarkan dengan memetaforakan antara biola dan dawai dengan badan dan jiwa. Tanpa dawai bagaimana biola bisa bersuara? Pilihan kata biola menjadi manifestasi keberadaan tubuh dan jiwa manusia. “menjelmakan jiwa” pilihan kata yang memiliki peran menghadirkan lapis arti stigma sekaligus lapis suara yang menimbulkan efek bunyi yang indah untuk didengar.
Kehidupan kepompong bergunakah kehidupan seperti itu? Tentu berguna, jika kepompongitu akan menjelma menjadi kupu-kupu kembali, melayang menemukan dirinya kembali. Begitu kuat keinginanku untuk mengembalikan kebahagiaan ibuku.” (Ajidharma, 2003:81).
Secara keseluruhan gaya penceriataan novel ini memiliki keseimbangan antara gaya bahasa yang lugas sekaligus penggunaan metafora. Meski pun pemakaian makna kias cukup tinggi intensitasnya namun bahasa dapat dipahami. Makna dan pesan mudah dicerna karena bahasanya sederhana dan menarik.
 

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengkritik sebuah karya sastra yaitu:
1.    Menentukan penyair/pengarang atau karya sastra yang kita anggap menarik.
2.    Memahami struktur karya yang telah kita pilih yaitu unsur yang terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrinsik.
3.    Lakukan penilaian berdasarkan unsur-unsur tersebut secara objektif dengan menampilkan dua penilaian, yaitu kelebihan dan kekurangan serta sisi kepengarangan.
Berdasarkan pendekatannya terhadap karya, jenis kritik sastra dapat dibedakan menjadi kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif dan kritik objektif yang diaplikasikan penulis pada kritik novel “Biola Tak Berdawai”
3.2  Saran
1.      Makalah mengenai langkah-langkah dan contoh penulisan kritik ini hendaknya dapat menjadi sumber tambahan  pada mata kuliah menulis kritik dan esai.
2.      Makalah langkah-langkah dan contoh penulisan kritik masih terkendala dengan sumber pustaka. Alangkah lebih lengkapnya jika terdapat banyak sumber pustaka.
3.      Pengalaman ini sangat berguna bagi penulis sebagai seorang mahasiswa, karena lewat pengkajian ini pemahaman tentang kritik semakin diperkaya. Pengkajian yang sederhana ini diharapkan dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang berguna bagi kemajuan bersastra dan kegiatan ilmiah penulis.


DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Elmustian dan Jalil, Abdul. 2004. Teori Sastra. Pekanbaru: Labor Bahasa dan Jurnalistik Universitas Riau
Wellek, Rene dan Werren, Austin Warren. 2013. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Dra. Zulfahnur Z.F.,M.Pd. Lingkup Ilmu Sastra: Teori Sastra,  Sejarah Sastra, dan Kritik Sastra,  serta Hubungan antara Ketiganya (http://repository.ut.ac.id/4735/1/PBIN4104-M1.pdf)
m.kompasiana.com/iim_sobandi/bedah-biola-tak-berdawai-melalui-empat-pendekatan-sastra_5522c6b8f17e611c3dd62445

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas UAS Menulis Kritik (Menggunakan Kritik Objektif)

S urat Kecil Untuk Tuhan SINOPSIS Novel Surat Kecil Untuk Tuhan ini   menceritakan gadis yang bernama Keke yang terkena penyak...