Kamis, 06 April 2017

Kritik Mimetik Puisi "Senja Di Pelabuhan Kecil"


Kritik Mimetik

        Kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai gambaran atau rekaan dari kehidupan manusia dan juga dapat dikatakan sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia, semakin jelas karya sastra menggambarkan kenyataan semakin bagus pula karya tersebut. Kritik jenis ini dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato yang menyatakan sastra adalah tiruan kenyataan. Abram (David Lodge,1972)

Senja Di Pelabuhan Kecil

Karya : Chairil Anwar (1946)

Buat: Sri Ajati 
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Pada puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Senja di Pelabuhan Kecil” menceritakan tentang cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Kemudian pengarang menuliskan sebuah gedung, rumah tua, cerita tiang dan temali, kapal, dan perahu dalam puisi tersebut. Yang dimana benda-benda tersebut mengungkapkan perasaan sedih dan sepi. Yang dimana benda-benda tersebut tertulis dalam bait pertama, yaitu:
                              Ini kali tidak ada yang mencari cinta
                              Diantara gudang rumah tua pada cerita
                              Tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut
                              Menghembus diri dalam mempercaya mau terpaut
Pada bait kedua, pengarang memfokuskan pada latar suasana tidak membahas benda-benda lagi. Seperti pada kalimat "Di pelabuhan itu turun gerimis yang mempercepat kelam (menambah kesedihan yang dialami pengarang) dan ada “kelapa elang” yang “menyinggung muram “ (membuat hati pengarang menjadi lebih muram), dan “hari- hari seakan lagi berenang” (kegemingan telah musnah). Suasana di pantai membuat pengarang di penuhi harapan untuk terhibur, ternyata suasana pantai itu kemudian berubah, harapan untuk mendapatkan itu menjadi musnah, sebab pengarang menuliskan kalimat ” kini tanah , air, tidur hilang ombak”.
           Pada bait ketiga dalam puisi,  pikiran pengarang lebih memfokuskan pada dirinya. Ia merasa dirinya benar-benar sendiri. Tidak ada lagi yang yang bisa diharapkan untuk memberikan hiburan dalam kesendiriannya itu. Pada kalimat selanjutnya ia menuliskan "Dalam kesendirian itu, ia menyisir semenanjung semula ia berjalan dengan dipenuhi harap dan kalimat sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan" dari kalimat tersebut saat  ia mencapai ujung tujuannya, ternyata orang yang diharapkan malah mengucapkan selamat jalan. Maka dari itu pengarang merasa bahwa ia sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai tujuannya kembali.
Dari puisi diatas karya Chairil Anwar yang berjudul “Senja Di Pelabuhan Kecil”, puisi ini menggambarkan perasaan seorang penyair yang gagal dan merasa sedih dalam percintaan yang ia alami, kemudian ia utarakan dalam bentuk puisi ini. Berdasarkan kehidupan nyata, manusia yang mengalami soal percintaan mungkin pernah mengalami kegagalan. Ketika manusia mengalami kegagalan tersebut, manusia akan kehilangan motivasi untuk menjalani kehidupan yang ia jalani di karenakan tidak ada yang mendampingi. Berdasakan segi mimetik, isi puisi karya Chairil Anwar ini diangkat dari suatu kenyataan baik yang dialami pengarang dan juga menggambarkan kisah yang dialami manusia pada umumnya.


*Tugas  Kuliah Menulis Kritik & Essai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas UAS Menulis Kritik (Menggunakan Kritik Objektif)

S urat Kecil Untuk Tuhan SINOPSIS Novel Surat Kecil Untuk Tuhan ini   menceritakan gadis yang bernama Keke yang terkena penyak...