Kritik Mimetik
Kritik mimetik adalah kritik
yang memandang karya sastra sebagai gambaran atau rekaan dari kehidupan manusia
dan juga dapat dikatakan sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia,
semakin jelas karya sastra menggambarkan kenyataan semakin bagus pula karya
tersebut. Kritik jenis ini dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato yang
menyatakan sastra adalah tiruan kenyataan. Abram (David Lodge,1972)
Senja
Di Pelabuhan Kecil
Karya : Chairil
Anwar (1946)
Buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang
mencari cinta
di antara gudang, rumah
tua, pada cerita
tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam
mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat
kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram,
desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal
akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air
tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku
sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung,
masih pengap harap
sekali tiba di ujung
dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat,
sedu penghabisan bisa terdekap
Pada
puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Senja di Pelabuhan Kecil” menceritakan
tentang cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Kemudian pengarang
menuliskan sebuah gedung, rumah tua, cerita tiang dan temali, kapal, dan perahu
dalam puisi tersebut. Yang dimana benda-benda tersebut mengungkapkan perasaan sedih
dan sepi. Yang dimana benda-benda tersebut tertulis dalam bait pertama, yaitu:
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Diantara gudang rumah tua pada cerita
Tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau terpaut
Diantara gudang rumah tua pada cerita
Tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau terpaut
Pada
bait kedua, pengarang memfokuskan pada latar suasana tidak membahas
benda-benda lagi. Seperti pada kalimat "Di pelabuhan itu turun gerimis
yang mempercepat kelam (menambah kesedihan yang dialami pengarang) dan
ada “kelapa elang” yang “menyinggung muram “ (membuat
hati pengarang menjadi lebih muram), dan “hari- hari seakan lagi
berenang” (kegemingan telah musnah). Suasana di pantai membuat pengarang
di penuhi harapan untuk terhibur, ternyata suasana pantai itu kemudian berubah,
harapan untuk mendapatkan itu menjadi musnah, sebab pengarang menuliskan
kalimat ” kini tanah , air, tidur hilang ombak”.
Pada bait ketiga dalam puisi, pikiran
pengarang lebih memfokuskan pada dirinya. Ia merasa dirinya benar-benar
sendiri. Tidak ada lagi yang yang bisa diharapkan untuk memberikan hiburan
dalam kesendiriannya itu. Pada kalimat selanjutnya ia menuliskan "Dalam
kesendirian itu, ia menyisir semenanjung semula ia berjalan dengan dipenuhi
harap dan kalimat sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan"
dari kalimat tersebut saat ia mencapai ujung tujuannya, ternyata orang
yang diharapkan malah mengucapkan selamat jalan. Maka dari itu pengarang merasa
bahwa ia sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai tujuannya kembali.
Dari
puisi diatas karya Chairil Anwar yang berjudul “Senja Di Pelabuhan Kecil”,
puisi ini menggambarkan perasaan seorang penyair yang gagal dan merasa sedih
dalam percintaan yang ia alami, kemudian ia utarakan dalam bentuk puisi ini. Berdasarkan
kehidupan nyata, manusia yang mengalami soal percintaan mungkin pernah
mengalami kegagalan. Ketika manusia mengalami kegagalan tersebut, manusia akan
kehilangan motivasi untuk menjalani kehidupan yang ia jalani di karenakan tidak
ada yang mendampingi. Berdasakan segi mimetik, isi puisi karya Chairil Anwar
ini diangkat dari suatu kenyataan baik yang dialami pengarang dan juga
menggambarkan kisah yang dialami manusia pada umumnya.
*Tugas Kuliah Menulis Kritik & Essai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar