KEBERANGKATAN
SINOPSIS
Elisabet
Frissart merupakan seorang pramugari keturunan Belanda yang jatuh cinta kepada tanah air dan bangsa
Indonesia. Elisabet lebih memilih bertahan di Indonesia dia merasa bahwa
dirinya adalah orang Indonesia sehingga tidak tergoda untuk ikut “berangkat” ke
negara Belanda bersama keluarganya ketika terjadi aksi anti Belanda dan anti
Barat pada masa Soekarno. Ia melihat keberangkatan keluarganya dan
orang-orang sebangsanya ke negeri Belanda. Selama berada di Indonesia,
Elisa tinggal di suatu rumah pondokan bersama Lansih, sahabatnya dan empat
pegawai Garuda yang lain.
Seperti
gadis-gadis lain, Elisa berangan-angan untuk membina sebuah rumah tangga. Di
antara kenalan-kenalan itu Elisa mempunyai pilihan yang beragam, ada Peter,
Luis, dan Rudi. Namun hanya Rudi-lah yang paling dekat dengan Elisa tetapi
Elisa berhasil menempatkan diri di daerah netral sehigga belum ada hubungan
yang khusus antara dirinya dengan Rudi. Hingga suatu ketika ketika Elisa
dikenalkan oleh Lansih kepada Sukoharjito, saudara Lansih. Elisabet jatuh cinta
kepada Sukoharjito, pemuda asal Solo. Sukoharjito bekerja pada bagian Protokol
di istana. Dengan pemuda ini ia benar-benar jatuh cinta dan percaya kepadanya.
Suatu hari, Elisa diajak Sukoharjito untuk mengunjungi orang tuanya yang berada
di Solo pada saat lebaran. Keluarga Sukoharjito menyambut ramah kehadiran
Elisa.
Suatu
ketika, Elisa berkenalan dengan Tuan Sayekti,untuk meminta informasi tentang
Talib, seseorang yang menurut Elisa adalah ayah kandungnya yang kini tinggal di
Surabaya, tempat masa kecil Elisa. Di
sisi lain, Elisa diperkenalkan oleh kawannya dengan seorang wartawan bernama
Gail, pertemanan dengan Gail pun cukup menyenangkan bagi Elisa. Hingga suatu
ketika akhirnya Elisabet pun harus menerima kenyataan berat bahwa kekasihnya
telah mengkhianati dirinya dengan menikahi orang lain dan dari orang lain Elisa
mendengar bahwa kekasihnya itu segera kawin dengan kemenakan ajudan presiden
yang telah dihamilinya. Elisa sangat terkejut mengetahui hal tersebut.
Semenjak
kejadian itu, Elisa menjadi berbeda. Ia lebih sering menyendiri ketimbang
bergaul dengan yang lain. Teman-teman Elisa khawatir melihat keadaan Elisa yang
seperti ini, tak terkecuali Gail. Gail pun akhirnya berhasil mengubah suasana
hati Elisa kembali seperti sedia kala. Suatu hari Elisa mengalami suatu
kecelakaan pesawat pada saat jam kerjanya. Kabar ini tersiar sampai ke telinga
Gail. Hingga akhirnya Elisa memutuskan mengurus perpindahannya ke negeri
Belanda. Keinginan meninggalkan Indonesia yang semula disebabkan oleh
Sukoharjito, semakin hari semakin bertambah sebab-sebabnya. Elisa merasa tidak
yakin dengan dirinya yang sekarang. Elisa memberitahukan kepindahannya ini
kepada Gail. Elisa menjelaskan semua yang dirasanya kepada Gail. Hingga
akhirnya Elisa dan Gail pun menyadari ada rasa diantara keduanya. Rasa yang
membawa Elisa berangkat ke Belanda dengan hati rawan tetapi tenang.
Kritik
Objektif pada Novel “Keberangkatan” Karya N.H. Dini
Berdasarkan
sinopsis diatas, dapat simpulkan bahwa tema dari novel “Keberangkatan” karya
N.H.Dini ini bertemakan Pencaharian Jati Diri . Sedangkan tokoh-tokoh dalam
novel ini adalah Elisa, Lansi, Ibu, Wati, Ayah Elisa, Suku Harjito, Rama beick,
Tuan Sayekti,
Talib, dan Silvi.
Dalam novel ini, Elisa mempunyai
sifat pengiba, pendiam, sabar. Terlihat dari kutipan berikut: Karakter
pengiba, kutipannya “ sekali lagi hati ku
di limpahi perasaan iba yang tidak, dapat ku tafsirkan."(halaman 14). Karakter
pendiam, kutipannya “ aku menjadi pendiam
dan dingin karena tidak banyak diberi kesempatan buat mengataka isi hati.“(halaman
95) dan Karakter sabar
yang dimiliki Elisa terdapat pada kutipan“Aku harus bersabar lagi untuk menerima datangnya pinangan.” (halaman 104). Selanjutnya penokohan dari Lansi.
Lansi memiliki sifat sabar dan teliti. Terlihat dari kutipan berikut.“Dengan teliti dan sabar, setiap kali ada
sesuatu yang harus diterangkannya tanpa keangkuhan dia memberitahuku.” berpengaulan luasl, kutipannya “
Aku lebih mengenal temanku Lansih. Kukagumi pergaulannya yang luas, kenalan dan
kawan – kawannya “(halaman 46) dan karakter sabar
dan teliti serta tidak angkuh, kutipannya “dengan
teliti dan sabar, setiap kali ada sesuatu yang harus diterangkannya, tanpa
keangkuhan dia memberitahuku.”(halaman 46 – 47). Selanjutnya Ibu yang
memiliki sifat antagonis, ringan tangan dan matrealistis yang terdapat kutipan
ringan tangan, kutipannya “Sikapku
terhadap ibuku disebabkan karena perlakuannya yang keras dan kuanggap
keterlaluan. Tangannya ringan, sering jatuh menampar muka“ (halaman 20 –
21) dan karakter pemarah, kutipannya “Tindakan
yang terdorong kemarahan itu, tidaka ada gunanya, malahan menyebabkan buah
bibir yang memalukan.“(halaman 39). Penokohan yang ke empat adalah Wati
yang memiliki sifat lemah lembut dan keibuan, kutipannya “namanya Wati, sifatnya lemah lembut dan keibuan.”(halaman 46).
Ayah Elisa memiliki sifat penyayang dan baik hati Karakter penyayang,
kutipannya “ Ada kalanya perhatian Ayah
nampak penuh kesayangan kepadaku.“ (halaman 21) dan karakter baik hati,
kutipannya “namun Ayahku yang baik tidak
tega meninggalkan aku seorang diri di negeri ini“ (halaman 28).
Penohan yang keenam adalah Suku
Harjito, yang memiliki sifat pengecut, kutipannya “melihat sikapnya yang demikian, bagiku dia pengecut.
Tidak berani berterus terang kepadamu.“ (halaman 146). Penokohan yang Rama
Beick memiliki sifat ramah dan tidak sombong, kutipannya “Dalam suara yang mengelegar tetapi ramah dan tanpa kesombongan.“ (halaman 80). Selanjutnya penokohan Tuan Sayekti yang memiliki sifat baik,
pekerja keras dan gigih, kutipannya “
bagaimana tuan Sayekti memperoleh hartanya dengan jalan kerja keras dan
kegigihan yang jarang terdapat pada suku bangsa Jawa.”(halaman 160).
Talih memiliki sifat pemarah, kutipannya “
tapi Talib menjadi pasif. Seperti tidak ada kemauan lagi buat hidup. Kemudian
menjadi pemarah”(halaman 106) dan sifat
pendiam, terdapat kutipannya “
sifatnya pendiam” (halaman 127). Penokohan terakhir adalah Silvi, ia
memiliki sifat baik dan pengertian, kutipannya ‘’Silvi adalah satu-satunya anggota keluarga dan kerabat yang memanggil
Elisa tanpa akhiran ye di belakang namanya. Silvi mengetahui bahwa Elisa lebih
suka panggilan nama biasa, seperti orang-orang Indonesia tulen. Hanya Silvi
yang mengindahkan kemauan Elisa”(Halaman 11).
Setelah membahas mengenai tokoh dan penokohan yang
terdapat pada novel “Keberangkatan” karya N.H. Dini, selanjutnya membahas latar
yang terdapat pada novel. Yang pertama mengenai latar tempat, latar tempat
dalam sinopsis di atas adalah bandara dan terdapat kutipan “Dari tempatku,
aku mengawasi majunya iringan penumpang, masuk ke bagian Pabean, terus ke
Imigrasi. Mereka berdesakan seperti takut ketinggalan pesawat..”(halaman 13). Latar tempat yang lain adalah
Pesawat, terdapat kutipan “Sewaktu
naik ke udara, di tempat dudukku, kurasakan kami seperti maju melawan tumpahan
air dari angkasa.”(halaman 172).
Selanjutnya latar waktu yang terdiri dari waktu pagi hingga petang, yang
terdapat bebarapa kutipan seperti Pagi, kutipannya“Pagi-pagi buta
kami memeriksa tanggung jawab masing-masing. Isi kabin lengkap dengan
bantal, selimut dan perlengkapan keselamatan..”(halaman 114). Siang,
kutipannya“Siang itu aku dinas cadangan. Duduk di restoran lapangan terbang,
diajak minum oleh seorang kenalan yang kebetulan mengantar penumpang berangkat
ke negeri Belanda..”(halaman 104). Sore, kutipannya“Sore itu Anna
berangkat ke Surabaya. Sekali itu ia tidak berhasil menukar waktu dinasnya
dengan pramugari lain. Tetapi Anna sudah menguasai pelajarannya, dan akan ujian
pekan berikutnya..”(halaman56). Waktu yang terakhir adalah Petang,
kutipannya “Petang hari, kami tiba di Mangkubumen Kulon. Jalan yang menuju
ke rumah orang tua kekasihku tidak beraspal. Di kanan kiri dijajari pohon-pohon
cemara, rapi dan sejuk..”(halaman 98).
Selanjutnya mengenai latar suasana, suasana yang terdapat pada novel
ini berupa suasana yang menyenangkan, menyedihkan, dan mengecewakan. Sudung
pandang yang terdapat pada novel ini menggunakan sudut pandang orang
pertama pelaku utama, yang terdapat kutipan “Aku telah siap.
Sebentar-sebentar berdiri berjalan dari depan ke belakang untuk menenangkan
urat sarap. Kadang-kadang Wati memandangiku, tetapi tak berkata sesuatu pun.
Kupikir, dia tidak pernah mengalami kegelisahan yang kusandang waktu itu.”(halaman 56).
Mengenai alur yang
terdapat pada novel “Keberangkatan”, terdapat alur maju dan mundur. Alur majunya terdapat kutipan “Dalam pencaharian tentang asal-usulku yang
sebenarnya, aku menemukan mata rantai yang pertama. Aku bertemu dengan seorang
pastur berkulit putih yang bernama Rama Beick. Dia adalah salah satu tetanggaku
sewaktu aku kecil, ketika masih tinggal di rumah kami di Surabaya.” Dan
juga kutipan “sebulan kemudian, aku
bertemu dengan kakak perempuanku yang juga kabur dari rumah karena tidak tahan
lagi dengan perlakuan ibuku yang terlalu arogan. Aku menemukan kakakku berkat
bantuan Rudi.” Sedangkan Alur mundurnya terdapat “Dari
masa kecilku, aku selalu bersama pembantu. Dapat dikatakan pembantulah yang
membesarkan aku, waktu itu aku belum menyadari, tetapi kata orang, serasa
mudahnya ibu menjadi intaian banyak laki-laki. Dan Talib, sejak aku lahir
hampir dia yang menjadi pengasuhku. Aku dibawa kemana-mana, aku selalu
bersamanya. Bila malam-malam saat aku sakit, bukan ibu yang menamaniku. Ibu
entah dimana, tidur dikamar sendirian atau bersama laki-laki, atau bahkan
berdansa digedung pertemuan kota. Itulah gambaran masa kecilku yang suram, yang
tak pernah merasakan perawatan dari ibu kandungku sendiri.”
Amanat
yang disampaikan oleh pengarang terhadap novel ini adalah apapun asal usul
kita, meskipun pahit dan menyedihkan kita harus tetap menerimanya. Meskipun
kita memiliki ibu yang kurang memperhatikan kita, kita juga harus menerima
keadaan tersebut. Dengan berpikir positif dan menyadari siapapun dia,
bagaimanapun sifat dan tabiatnya, dia tetap ibu kita yang tentunya adalah orang
yang melahirkan kita. Dan kita sebagai seorang anak tentunya tak bisa
mengingkari semua itu, kita dituntut untuk selalu berbakti.
*Tugas
Kuliah Menulis Kritik & Essai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar